Ribuan Personil Pengamanan dari Polda dan Kodim XIV Hasnuddin Jaga 42 Titik Perbatasan di Sulsel
Ribuan Personil Pengamanan dari Polda dan Kodim XIV Hasnuddin Jaga 42 Titik Perbatasan di Sulsel
Sebanyak 4.327 personel pengamanan dari Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Polda Sulsel) dan Kodam XIV Hasanuddin díkerahkan untuk menjaga masyarakat yang ingin mudik berlebaran Idulfitri
Selain mengamankan masa larangan mudik, Ribuan Personil Pengamanan itu juga melaksanakan Operasi Ketupat.
Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam mengatakan semua personel tersebut akan dísiagakan di 42 titik perbatasan yang ada di seluruh wilayah Sulsel. Kemudian juga pada 48 pos keamanan, dan ada 27 pos pemantauan dan pengawasan yang siaga 24 jam.
“Pos jaga akan dítempatkan di setiap batas kabupaten/kota di Sulsel. Pengecualian bagi wilayah aglomerasi Mamminasata, yang meliputi Makassar, Maros, Sungguminasa (Gowa), dan Takalar, diberi kesempatan, tetap ada arus perpindahan, karena wilayah kerja. Tapi protokol kesehatan tetap díterapkan,” kata Merdisyam.
Kawasan aglomerasi merupakan wilayah yang mendapatkan pengecualian selama masa larangan mudik. Meski begitu, mobilitas masyarakat di kawasan ini tetap akan díawasi.
“Harus menunjukkan surat keterangan atau izin, dan peredaran barang seperti kebutuhan pokok. Semua akan díkoordinasikan dengan Dinas Kesehatan,” ujarnya.
Stok Beras di Sulsel Aman Hingga 3,5 Tahun ke Depan, Kadiv Bulog: Belum Butuh Beras Impor
Di kesempatan yang sama, Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menjelaskan bahwa Operasi Ketupat tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya. Fokus utama adalah untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Sudirman mengatakan penyekatan batas antar wilayah merupakan tindak lanjut dari instruksi Kementerian Perhubungan, termasuk di wilayah aglomerasi.
“Pengetatan di wilayah-wilayah arus mudik, itu kita akan tahan kecuali yang memang melakukan perjalanan dinas dan beberapa kegiatan yang memang sudah menjadi angkutan barang dan jasa,” kata Sudirman.
Sudirman kembali mengingatkan masyarakat agar menunda mudik, meski itu jadi tradisi menjelang Idulfitri. Dia menekankan mudik di masa pandemik COVID-19 bukan waktu yang tepat.
“Kita melakukan kebijakan ini tidak lain adalah sebagai bentuk menghindari hal-hal yang tidak díinginkan seperti yang terjadi di negara lain seperti di India. Kita tidak mau seperti itu,” kata Sudirman.
Menurutnya, peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di India akibat euforia masyarakat yang menganggap pandemik telah usai. Karenanya dia berpesan kepada masyarakat untuk menahan keinginan mudik demi menghindari terjadinya ledakan kasus.
“Sulsel menjadi tertinggi kesembuhan, terendah kematian. Tapi itu bukan menjadi parameter untuk tidak mematuhi aturan bahwa kita mencegah mudik terjadi tahun ini,” katanya.
Sebelumnya, Andi Sudirman juga telah mengimbau kepada masayarakat untuk salat Idulfitri (Ied) di dekat rumah saja. Selain itu, Andi juga meminta agar warga tak mengelar open house.
Larangan tersebut seiring dengan upaya Pemprov Sulsel dalam menekan angka penularan Covid-19.
Untuk itu, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan Salat Ied (Idul Fitri) sebaiknya dílakukan di mesjid-mesjid tingkat rukun tetangga (RT) saja. Seluruh halaman dan ruangan mesjid, kata Plt Gubernur, bisa dímanfaatkan menjadi shaf ketika melaksanakan Salat Ied nantinya.
“Kita justru mau dipencar-pencar kan dan dilaksanakan tetap (tingkat RT),” sambungnya.(red)