Workshop Implementasi AScL untuk Meningkatkan Literasi Siswa SMP di Pedesaan
LUTIM,SPIRITKITA – Dosen Universitas Muhammadiyah Palopo, Harmita Sari, memimpin kegiatan workshop berjudul “Implementasi AScL (App Social-culture Literacy)” untuk guru-guru di lima Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Luwu Timur. Workshop ini, yang berlangsung dari tanggal 8 hingga 12 Januari 2024, dihadiri oleh seluruh staf dan guru dari SMPN 1 Kalaena, SMPN 2 Kalaena, SMPN 5 Angkona, SMPN 2 Angkona, dan SMPN 1 Mangkutana.
Kegiatan workshop ini merupakan bagian dari penelitian yang di laksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah kesadaran akan tingkat literasi membaca yang rendah di kalangan siswa SMP, di samping tingginya penggunaan teknologi dan pengetahuan sosial budaya yang semakin hilang. Selama satu minggu, para guru di perkenalkan dengan App Social-culture Literacy (AScL) dan di uji dengan pre-test.
Tahap kedua melibatkan implementasi AScL selama satu bulan di kalangan siswa SMP, di ikuti oleh tahap ketiga yang melibatkan pengambilan data post-test. Workshop ini di rancang untuk mengatasi tantangan teknologi pembelajaran di masa depan, memajukan pengetahuan sosial budaya, dan membentuk perilaku kebiasaan siswa untuk meningkatkan literasi membaca.

Harapannya, implementasi AScL di kalangan siswa dapat membentuk perilaku dan kebiasaan literasi membaca yang positif, sekaligus memperkenalkan sosial budaya dari 38 provinsi di Indonesia. Langkah ini sejalan dengan tujuan kurikulum “Merdeka Belajar” dan di harapkan memudahkan para guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
Menurut Harmita Sari, kegiatan ini juga merupakan bagian dari studi S3 dengan pemateri dari Taiwan. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan literasi membaca siswa di Indonesia.
Pendekatan global terhadap literasi membaca siswa, seperti yang di ukur oleh Program Penilaian Siswa Internasional (PISA), menunjukkan tantangan yang harus di atasi. Indonesia menempati posisi ke-74 dari 79 negara, mendorong pemerintah untuk mempromosikan gerakan literasi di sekolah menengah pertama. Gerakan ini melibatkan tiga tahap: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Studi dari Cambridge Assessment International Education pada 2018 menunjukkan bahwa siswa Indonesia cenderung menggunakan teknologi lebih banyak di dalam kelas di bandingkan dengan siswa di seluruh dunia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan penggunaan ponsel pintar dan komputer desktop oleh siswa.
AScL merupakan aplikasi yang menyediakan informasi tentang 38 provinsi di Indonesia, mencakup bahasa, seni dan budaya, kebiasaan dan adat-istiadat, makanan dan minuman, pengetahuan tradisional, serta tempat wisata. Aplikasi ini di lengkapi dengan fitur ruang menulis, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam membaca dan menulis, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan literasi mereka, terutama dalam hal membaca dan menulis.(*)
