3 Hal yang Bikin Prabowo “Keok” dari Jokowi Menurut Hasto
Ada tiga hal yang diklaim dapat memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo atau Jokowi – Ma’ruf Amin. Ketiga hal tersebut diungkapkan Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto.
Berikut tiga hal yang diklaim bahwa Jokowi lebih unggul dari Prabowo Subianto dikutip dari msn.com
1. Adu Budaya
Dalam hal ini, Hasto menyindir cawapres Sandiaga Uno tak memahami kebudayaan bangsa Indonesia, terutama dalam adat mengunjungi makam. Belakangan viral video Sandiaga Uno melangkahi makam pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Bisri Syansuri pada Oktober lalu.
“Seperti yang dilakukan Pak Sandiaga itu menurut kami sangat fatal. Terlihat kalau dia berziarah itu hanya untuk pencitraan dari cara menebar bunga dan melompati makam. Tidak menunjukkan budaya Indonesia,” ujar Hasto Kristiyanto dalam rangkaian Safari Kebangsaan PDIP di Cirebon pada Sabtu malam, 18 November 2018.
Sebelumnya, Sandiaga telah melayangkan permintaan maaf atas perilakunya itu. Sandiaga berdalih hanya mengikuti juru kunci makam. “Saya minta maaf atas kejadian yang sekarang menjadi kontroversi,” kata Sandiaga melalui sebuah rekaman audio yang dikirimkan kepada Tempo pada Selasa siang, 13 November 2018.
2. Adu Program
Dalam hal ini Hasto menyindir pasangan Prabowo – Sandiaga tak memiliki program yang jelas, melainkan hanya memainkan ‘gimmick’ politik, terutama ketika mengunjungi pasar dengan isu bahan pangan mahal yang dimainkan kubu penantang Jokowi – Ma’ruf ini. “Mau adu program, apa programnya?” ujar Hasto dalam rangkaian Safari Kebangsaan PDIP di Lamongan, Jawa Timur pada Ahad, 18 November 2018.
Di sisi lain, lanjut Hasto, Jokowi adalah pemimpin yang tumbuh dari bawah dan banyak berdialog dengan masyarakat termasuk petani. “Jadi beliau sudah tahu bagaimana pasar dibangun dan dialog dengan petani sehingga tahu petai itu untuk dimakan bukan jadi topi. Itulah pemimpin yang lahir dari bawah,” ujar dia.
Sebelumnya, viral foto cawapres Sandiaga Uno yang menaruh seikat petai di kepala dan bahunya saat berkunjung ke Pasar Terminal Sukawelang, Subang, Jawa Barat pada Ahad pagi ini, 14 Oktober 2018.
Sandiaga mengatakan, polahnya berkalung petai ini sekaligus menjawab kritikan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief, yang mempertanyakan intensitas kampanye Prabowo yang amat jarang, sedangkan Sandiaga justru dominan berkeliling daerah.
“Nih Pak Andi Arief, rambut saya sampai berubah jadi warna hijau karena kampanye terus menerus,” kata Sandiaga seperti dikutip dari keterangan tertulis pada Ahad, 14 Oktober 2018
3. Adu Rekam Jejak
Hasto menilai ada pihak tertentu yang tidak mau menjadikan kampanye pilpres ini untuk adu rekam jejak karena masa lalunya suram. Kemudian tidak mau adu prestasi, karena tidak ada prestasinya. “Kalau Pak Jokowi kan jelas rekam jejaknya bersih dan merakyat. Ini ada capres sebelah yang dulu saja dipecat dari institusi-nya. Sudah begitu sekarang hobi-nya menakut-nakuti rakyat,” ujar Hasto Kristiyanto.
Capres yang dimaksud Hasto dalam hal ini adalah Prabowo Subianto. Isu kasus penculikan 1998 yang membawa-bawa nama Prabowo Subianto kembali mencuat menjelang pemilihan presiden 2019. Pada pilpres 2014 lalu, isu yang sama beredar. Bahkan, Surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) terkait pemberhentian Letnan Jenderal Prabowo Subianto pada tahun 1998, juga tersebar di sosial media.
Isu itu semakin kencang ketika Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi membenarkan substansi surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang beredar luas di sosial media, dalam sebuah acara wawancara di salah satu stasiun televisi swasta pada 2014 silam. Saat itu, Fachrul juga mengungkit bahwa Prabowo kurang pantas menjadi RI-1, karena rekam jejak mantan Danjen Kopassus itu di militer.
Menjelang pilpres 2019 ini, Fachrul mengaku bahwa dirinya tidak akan mengungkit hal serupa kepada publik. “Dulu bapak pernah sampaikan itu sekali saja. Setelah itu enggak pernah lagi. Kalau kemudian orang mengulang-ulang lagi, selama tidak dilarang KPU, ya silakan saja,” ujar Ketua Tim Bravo-5 itu, (Tim purnawirawan pemenangan Jokowi) kepada Tempo, Oktober lalu.(***)
