Luwu Timur Masuk Zona Merah Rawan Bencana, Desa Bahari Dicanangkan Sebagai Kampung Siaga

Luwu Timur Zona Merah Rawan Bencana, Desa Bahari Dicanangkan Kampung Siaga

Desa Bahari Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur dicanangkan sebagai kampung siaga bencana. Pencanangan ini dibuka langsung oleh Bupati Luwu Timur, HM Thorig Husler bersama Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, Ir.H Imran Jausi, Kamis (12/12/2019).

Kegiatan kampung siaga bencana tahun 2019 ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat tentang bahaya dan resiko bencana. Selain itu juga untuk membentuk jejaring siaga bencana berbasis masyrakat dan memperkuat interaksi sosial anggota masyrakat dan juga untuk mengorganisasikan masyrakat yang terlatih bencana.

Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Abdul Rahman Soleh Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan kegiatan kampung siaga bencana tahun 2019 ini merupakan KSB yang ke 14 di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari yang di mulai pada tanggal 10 sampai dengan 12 Desember 2019 yang di laksanakan di Desa Bahari Kecamatan Wotu.

“Kegiatan ini diikuti 410 orang yang terdiri dari 100 peserta penyuluhan, 60 orang peserta latihan dan 250 orang peserta simulasi serta anggota Tagana Kab/Kota meliputi Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Palopo, Maros, Jeneponto, Enrekang, Wajo, Sinjai, yang totalnya berjumlah 115 orang” katanya.

Rangkaian kegiatan pada pencanangan kampung siaga bencana tahun 2019 ini terdiri dari pra KSB, penyuluhan/Sosialisasi, latihan dan simulasi penanggulangan bencana, serta kegiatan bakti sosial di kecamatan wotu.

Bupati Luwu Timur, HM Thorig Husler mengatakan bahwa secara geografis Luwu Timur masuk zona merah daerah rawan bencana di Indonesia. Oleh karena itu kegiatan Kampung Siaga Bencana ini untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat agar tanggap terhadap berbagai bencana.

“Kegiatan ini dapat menjadi wujud nyata perhatian pemerintah dalam penanggulangan bencana dan juga menjadi salah satu langkah pemerintah dalam wujudkan menajemen bencana yaitu melakukan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,” jelasnya.

Orang nomor satu di Luwu Timur ini juga mengatakan kesiapsiagaan warga masyarakat dalam menghadapi bencana harus terus ditumbuh kembangkan melalui sosialisasi dan latihan-latihan secara berkala sebagai modal dasar dan kemampuan untuk menghadapi dampak bencana sejak dini sebelum datang bantuan dari luar.

Dalam pencanangan ini juga dilakukan penyerahan bantuan berupa bantuan logistik dan peralatan kepada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Luwu Timur sebesar Rp66.507.078, bantuan logistik kepada forum KSB Desa Bahari sebesar Rp35.857.718, bantuan tahap IV program keluarga harapan sebesar Rp.4.778.000.000, penyerahan tali asih kepada Anggota Tagana sebesar Rp.51.000.000, dan bantuan logistik kepada korban kebakaran Desa Bonepute Kecamatan Burau dan korban kebakaran Desa Ledu-Ledu Kecamatan Wasuponda.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur melalui Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) bekerjasama PT Vale Indonesia (PTVI) menggelar Simulasi Rencana Tindak Darurat (Emergency Action Plan) Bendungan Seri Sungai Larona, di Lapangan Soekarno-Hatta, Puncak Indah, Malili, Rabu (11/12/2019).

Kepala BPBD Lutim Muhammad Zabur mewakili Bupati Lutim mengatakan simulasi (latihan kesiapsiagaan) rencana tindak darurat Sungai Larona diadakan bukan berarti bendungan di bawah pengelolaan PT. Vale dalam kondisi kritis, namun sebagai latihan kesiapsiagaan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam menghadapi situasi darurat kegagalan bendungan.

“Hingga saat ini bendungan dibawah pengelolaan PT. Vale Indonesia  salah satu bendungan di Indonesia dengan perawatan yang baik dan selalu dikontrol oleh Komisi Keamanan Bendungan,” ungkap Zabur.

Zabur mengatakan, bendungan-bendungan yang dikelola oleh PTVI direncanakan dengan baik dan dapat menahan gempa seperti Bendungan Batubesi dengan type CFRD dapat menahan gempa 6-7 magnitudo, dan saat ini dalam perkuatan untuk dapat menahan gempa hingga 8 magnitudo.

“Selanjutnya, Bendungan Balambano dengan type RCC Dam dapat menahan gempa 8-9 magnitudo. Sedangkan Bendungan Karebbe dengan type dengan type LCVC dapat menahan gempa 7-8 magnitudo,” ungkap Zabur.

Menurut Zabur, apa yang telah dilakukan pada simulasi ini, tidak akan pernah kita lakukan di masa akan datang. Namun jika itu terjadi, kita telah siap dalam menghadapi bencana tersebut.(hms/ikp)

Dapatkan Update Berita Pilihan Menarik
di Fanspage dan Tiktok Anda
Spiritkita
Pemkot Palopo

Banner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *