OPINI: Antara Tanah, Laut dan Logam : Menimbang Arah Ekonomi Sulawesi Tenggara

L.M Almufakhir Idris Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Haluoleo .

Jika kontribusi sektor pertanian dan perikanan paling tinggi, maka sudah saatnya kebijakan berpihak ke sana. Subsidi pupuk, perlindungan harga hasil tani, bantuan alat tangkap untuk nelayan, hingga infrastruktur dasar seperti jalan tani dan pasar hasil bumi harus jadi prioritas.

John Maynard Keynes, ekonom besar abad ke-20, pernah mengatakan bahwa “ide-ide dari para ekonom dan filsuf politik, entah benar atau salah, jauh lebih berpengaruh daripada yang disadari kebanyakan orang.” Maka, ide bahwa pembangunan harus berpihak pada ekonomi rakyat adalah satu ide yang harus terus disuarakan. Karena ketika kebijakan hanya mengikuti arus modal, rakyat kecil hanya akan menjadi penonton di tanah sendiri.

Pemerintah daerah juga perlu menata ulang arah investasi. Jika semua kemudahan diberikan kepada investor tambang, sementara petani dan nelayan dibiarkan berjuang sendiri, maka kita sedang menciptakan ketimpangan yang sistematis.

Penutup: Menanam Harapan, Bukan Menggali Kehampaan

Pembangunan sejati bukan tentang seberapa cepat kita tumbuh, tapi seberapa adil kita bertumbuh. Bukan tentang seberapa dalam kita menggali, tapi seberapa kuat kita menanam dan merawat.

Sulawesi Tenggara masih punya pilihan. Tetap mengejar tambang sebagai primadona ekonomi, atau mulai memberi perhatian lebih kepada sektor yang sudah terbukti menyelamatkan kita berkali-kali—ladang dan laut, petani dan nelayan, ekonomi rakyat yang membumi.

Dan dalam kata-kata E.F. Schumacher, penulis buku Small is Beautiful, “ekonomi yang baik adalah ekonomi yang melayani manusia, bukan sebaliknya.” Maka mari kita bangun ekonomi yang melayani banyak orang, bukan yang memaksa banyak orang melayani segelintir pihak.

Dapatkan Update Berita Pilihan Menarik
di Fanspage dan Tiktok Anda
Spiritkita
fsuryaa
Redaksi
Tim Spiritkita
Pemkot Palopo

Banner