Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah, Jokowi: Jangan Grusa-grusu
Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah, Jokowi: Jangan Grusa-grusu
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy mengungkapkan, untuk sektor pendidikan dimasa Pandemi Covid-19 harus mendapatkan perhatian khusus.
Muhadjir menilai untuk penerapan new normal di sekolah masih sangat berisiko jika dilakukan dalam waktu dekat. Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah
Seputar Polemik Tahun Ajaran Baru
- Imbas Dugaan Kasus Pelecehan, Prof. Karta Jayadi Dicopot dari Jabatan Rektor UNM
- Sri Hastuty Pimpin UNCP Palopo: Siap Wujudkan Kampus Unggul, Berkarakter, dan Inovatif
- FTKOM UNCP Hadiri Pelantikan Pengurus APTIKOM di Makassar, Perkuat Sinergi
- Unhas Sambut 10.418 Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2025/2026
- Mahasiswa KKN Unhas Sosialisasi Cegah Pernikahan Dini dan Stunting di Parepare
Menurutnya, protokol keselamatan di sekolah berbeda kondisinya dengan sektor umum lainnya.
Terlebih yang dihadapi adalah anak-anak.
“Risikonya terlalu besar untuk sektor pendidikan,” jelasnya.
Muhadjir tak ingin sekolah justru menjadi klaster baru penyebaran Virus Corona.
Selain berdampak buruk pada siswa, pemerintah juga akan mendapatkan sorotan buruk.
Muhadjir mengaku dirinya telah mendapat perintah untuk membahas terkait pendidikan dengan kemendikbud.
Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Jokowi tidak ingin penerapan new normal di sekolah diterapkan secara grusa-grusu.
“Untuk pengurangan pembatasan di sektor pendidikan akan kita godok dulu semateng mungkin. Jadi Pak Presiden wanti-wanti untuk tidak grusa-grusu,” ujar Muhadjir Effendy.
Sebelumnya diberitakan, hasil survei melalui angket yang dilakukan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti sungguh “mencengangkan”
Setelah dikalkulasi, 80 persen responden yang berasal dari orang tua siswa menolak sekolah dibuka kembali saat tahun ajaran baru.
Rerata orang tua siswa tersebut khwatir meski akan ada aturan new normal yang diberlakukan. Menurut mereka, situasi pandemi belum menentu dan tak dapat dikendalikan.
Berbanding terbalik, hasil survei dari responden anak-anak, rerata mereka mengingingkan untuk bisa kembali ke sekolah.
Retno Listyarti berasumsi, anak-anak diduga jenuh menjalani belajar dari rumah dan inginm kembali dengan kawan-kawannya disekolah.
“Hampir 200.000 orangtua murid berpartisipasi dalam survei ini. Hanya dalam 32 jam sejak saya unggah di Facebok pribadi saya, cukup mengejutkan karena ada 196.000 orang tua lebih, yang mengungkapkan pendapatnya,” papar Retno.
“Jadi Juli dibuka itu mereka keberatan, mereka memberikan beberapa usul di antaranya September atau Desember, nah ini sesuatu yang luar biasa,” tambahnya.
Update Berita
- Wali Kota dan Wakilnya Fokus Efisiensi Anggaran, Pemkot Palopo Tegaskan Komitmen Jalankan Visi-Misi
- Ricuh di DPRD Palopo, Wakil Walikota Harap Kedepannya Demo Lebih Persuasif
- Wali Kota Naili Jadi Perempuan Pertama Inspektur Upacara HUT RI ke-80 di Palopo
- Makna Spesial HUT RI ke-80, Gubernur Sulsel Kaitkan Angka 08 dengan Presiden Prabowo
- Wali Kota, Naili Trisal Paparkan Arah Kebijakan dan Tegaskan Komitmen Palopo Baru
“Tapi murid, kami kan juga nanya sama murid. Ada 9.800 murid yang mengisi, dan uniknya kebalikan. Mereka setuju 80 persen masuk sekolah gitu ya,” kata Retno.
Kemudian, Retno juga mengatakan bahwa pihaknya juga mengambil sampel dari respon para guru.
“Nah guru juga kami tanya, guru itu 60 persen setuju sekolah, tetapi 40 persen tidak,” ujarnya.(fik)








