Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah, Jokowi: Jangan Grusa-grusu
Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah, Jokowi: Jangan Grusa-grusu
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy mengungkapkan, untuk sektor pendidikan dimasa Pandemi Covid-19 harus mendapatkan perhatian khusus.
Muhadjir menilai untuk penerapan new normal di sekolah masih sangat berisiko jika dilakukan dalam waktu dekat. Cegah Ada Klaster Baru di Sekolah
Seputar Polemik Tahun Ajaran Baru
- Upaya Menuju World Class University, UMB Palopo Terima Mahasiswa Baru dari Benua Afrika
- Pj Wali Kota Palopo Hadiri Evaluasi Pembukaan Program Studi Kedokteran Gigi di UMB
- Universitas Muhammadiyah Palopo Kukuhkan Dua Guru Besar di Milad ke-6
- Polres Luwu Umumkan Penerimaan Terpadu Polri Tahun 2025
- Kejuaraan Bola Volly Tingkat Sumbar Resmi di Buka
Menurutnya, protokol keselamatan di sekolah berbeda kondisinya dengan sektor umum lainnya.
Terlebih yang dihadapi adalah anak-anak.
“Risikonya terlalu besar untuk sektor pendidikan,” jelasnya.
Muhadjir tak ingin sekolah justru menjadi klaster baru penyebaran Virus Corona.
Selain berdampak buruk pada siswa, pemerintah juga akan mendapatkan sorotan buruk.
Muhadjir mengaku dirinya telah mendapat perintah untuk membahas terkait pendidikan dengan kemendikbud.
Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Jokowi tidak ingin penerapan new normal di sekolah diterapkan secara grusa-grusu.
“Untuk pengurangan pembatasan di sektor pendidikan akan kita godok dulu semateng mungkin. Jadi Pak Presiden wanti-wanti untuk tidak grusa-grusu,” ujar Muhadjir Effendy.
Sebelumnya diberitakan, hasil survei melalui angket yang dilakukan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti sungguh “mencengangkan”
Setelah dikalkulasi, 80 persen responden yang berasal dari orang tua siswa menolak sekolah dibuka kembali saat tahun ajaran baru.
Rerata orang tua siswa tersebut khwatir meski akan ada aturan new normal yang diberlakukan. Menurut mereka, situasi pandemi belum menentu dan tak dapat dikendalikan.
Berbanding terbalik, hasil survei dari responden anak-anak, rerata mereka mengingingkan untuk bisa kembali ke sekolah.
Retno Listyarti berasumsi, anak-anak diduga jenuh menjalani belajar dari rumah dan inginm kembali dengan kawan-kawannya disekolah.
“Hampir 200.000 orangtua murid berpartisipasi dalam survei ini. Hanya dalam 32 jam sejak saya unggah di Facebok pribadi saya, cukup mengejutkan karena ada 196.000 orang tua lebih, yang mengungkapkan pendapatnya,” papar Retno.
“Jadi Juli dibuka itu mereka keberatan, mereka memberikan beberapa usul di antaranya September atau Desember, nah ini sesuatu yang luar biasa,” tambahnya.
Update Berita
- Pj Wali Kota Palopo Bantah Kabar Setoran Jabatan: Itu Hoaks dan Tidak Benar
- Polemik Rekomendasi Bawaslu Palopo, Mantan Ketua KPU: Seharusnya Tidak Jadi Persoalan
- Bawaslu Tegaskan Tak Ada Diskualifikasi Akhmad Syarifuddin, Isu yang Beredar Hoaks
- Sadis! Terobsesi dengan Feny Ere, Pelaku Habisi Nyawa dan Buang Jasad ke Hutan Lindung
- Sudah Setahun, Pelaku Masih Berkeliaran! Polisi Belum Ungkap Pelaku di Balik Kematian Feny Ere
“Tapi murid, kami kan juga nanya sama murid. Ada 9.800 murid yang mengisi, dan uniknya kebalikan. Mereka setuju 80 persen masuk sekolah gitu ya,” kata Retno.
Kemudian, Retno juga mengatakan bahwa pihaknya juga mengambil sampel dari respon para guru.
“Nah guru juga kami tanya, guru itu 60 persen setuju sekolah, tetapi 40 persen tidak,” ujarnya.(fik)
