Jokowi Dijadwalkan Kunjungi Kabupaten Luwu Utara Besok
Jokowi Dijadwalkan Kunjungi Kabupaten Luwu Utara Besok
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan mengunjungi Kabupaten Luwu Utara, Rabu, 22 Juli 2020 besok.
Dalam surat resmi Sekretariat Negara (Setneg) yang ditujukan ke Panglima TNI, Kementerian Sek Negara meminta agar disiapkan pesawat kepresidenan dengan call sign Air Force 1 dan 3 Helikopter Super Puma VVIP sebagai sarana transport serta satu pesawat TNI AU sebagai cadangan.
Jokowi Kunjungi Kabupaten Luwu Utara itu rencananya menggunakan pesawat kepresidenan Air Force 1, dan dari Makassar, presiden Jokowi berganti pesawat menggunakan helikopter Super Puma VVIP dengan rute Makassar-Masamba.
- Wali Kota dan Wakilnya Fokus Efisiensi Anggaran, Pemkot Palopo Tegaskan Komitmen Jalankan Visi-Misi

- Ricuh di DPRD Palopo, Wakil Walikota Harap Kedepannya Demo Lebih Persuasif

- Wali Kota Naili Jadi Perempuan Pertama Inspektur Upacara HUT RI ke-80 di Palopo

- Makna Spesial HUT RI ke-80, Gubernur Sulsel Kaitkan Angka 08 dengan Presiden Prabowo

- Wali Kota, Naili Trisal Paparkan Arah Kebijakan dan Tegaskan Komitmen Palopo Baru

- KPU Sulsel Tetapkan Naili–Ome Sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo Terpilih Jumat Ini

Diketahui, Kabupaten Luwu Utara mengalami Banjir Bandang. Dua daerah terdampak paling parah yakni Kota Masamba dan Desa Radda Senin (13/7/2020) sekira Pukul 19.00 Wita.
Sebelumnya, Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas) telah melakukan kajian tentang daerah Masamba dan sekitarnya di Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan menyimpulkan daerah tersebut berpotensi bencana akibat…….
Sebelumnya, Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas) telah melakukan kajian tentang daerah Masamba dan sekitarnya di Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan menyimpulkan daerah tersebut berpotensi bencana akibat pembentukannya dari erosi dan sedimentasi sekitar ribuan tahun.
Masyarakat di Bantaran Sungai Luwu Utara Harus Direlokasi
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas dan Pakar Petrologi dan Geologi Prof Dr Eng Adi Maulana ST MPhil, di Makassar, Jumat pekan lalu mengatakan potensi bencana banjir di seluruh daerah di Sulsel sejak 2019 sudah ditunjukkan pada Journal of Physic. Salah satu daerah yang berpotensi banjir dengan tingkat risiko tinggi adalah daerah Luwu Utara, khususnya daerah Masamba dan sekitarnya.
Daerah Masamba dan sekitarnya merupakan daerah pedataran yang sangat luas, terbentuk dari proses erosi dan sedimentasi selama ribuan, bahkan jutaan tahun. Menempati luas areal sekitar 50 km x 30 km, pedataran ini disusun oleh material alluvial, dengan sumber dari batuan berupa material-material yang berasal dari pegunungan di bagian utara, timur dan baratnya.
Sedangkan di bagian utara dan baratnya, lanjut Adi, terdapat pegunungan yang disusun oleh Formasi Kambuno, berupa batuan dengan komposisi granitik sampai dengan dioritik, sementara pada bagian timurnya disusun oleh pegunungan dengan komposisi batuan metamorfik dari Kompleks Pompangeo.
Menurutnya, kondisi morfologi daerah ini bagaikan cekungan kecil yang diapit oleh pegunungan di bagian utara, timur dan barat, dan dibatasi,……
Menurutnya, kondisi morfologi daerah ini bagaikan cekungan kecil yang diapit oleh pegunungan di bagian utara, timur dan barat, dan dibatasi oleh Teluk Bone di bagian selatannya.
Terdapat setidaknya tiga sungai besar dan beberapa sungai kecil yang mengalir memotong daerah pedataran luas ini dari utara ke selatan. Sungai-sungai ini terbentuk oleh akibat patahan-patahan atau sesar sekitar Pliosen atau 2 juta tahun yang lalu.
Patahan-patahan ini terjadi akibat proses tektonik pembentukan Pulau Sulawesi. Sejalan dengan waktu, patahan-patahan tersebut membentuk aliran sungai.
Banjir Bandang Masamba Luwu Utara, Korban Mengungsi Capai 14,483 Jiwa
Pada daerah hulu, proses pelapukan sangat intens terjadi, dibuktikan dengan tebalnya soil atau tanah tutupan yang mencapai 5-7 meter.
“Hasil penelitian yang dilakukan oleh Unhas menemukan ketebalan soil bisa mencapai 8 meter di titik tertentu. Banyaknya aktivitas pembukaan lahan-lahan untuk perkebunan dan permukiman yang tidak terkontrol di wilayah pegunungan atau hulu sungai menyebabkan terjadi proses erosi yang sangat signifikan,” ujar Adi.
Akibatnya, lanjut dia, terjadi proses sedimentasi pada sungai yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan kondisi sungai secara umum terganggu.
Pembukaan lahan menyebabkan tanah menjadi rentan terhadap erosi permukaan, dan menyebabkan berkurangnya vegetasi. Akibatnya tanah di bagian hulu menjadi jenuh. Dan tidak mampu lagi untuk menyerap air hujan dengan baik (presipitasi menjadi semakin berkurang).
Terbukanya lahan juga menyebabkan proses erosi semakin tinggi. Juga menghasilkan tumpukan material sedimen yang semakin besar mengisi saluran sungai. Dan terendapkan pada dasar sungai, menjadikan kapasitas atau volume sungai menjadi berkurang atau terjadi pendangkalan.
“Kondisi ini menyebabkan ketika terjadi hujan deras dalam waktu yang singkat, maka banjir akan terjadi. Banjir terjadi dengan cepat atau yang sering disebut dengan banjir bandang,” katanya.(red)








